Saran MediaGuru untuk Mas Menteri Nadiem (2): PEMERINTAH JANGAN HAMBAT GERAKAN LITERASI
Catatan Mohammad Ihsan Founder & CEO MediaGuru Mengawali jabatannya sebagai Mendikbud RI, Mas Nadiem ingin mendengar langsung masukan dari banyak pihak. Saya termasuk salah satu daftar yang diundang ke Kemdikbud, 11 November 2019 lalu. Catatan ini berisi masukan yang saya sampaikan kepada mantan Bos Gojek (bagian 2 dari 4 tulisan). * * * Saat yang dinanti akhirnya tiba. Mas Menteri Nadiem memberi saya kesempatan berbicara. Dalam Forum Silaturahmi Pendidikan dan Kebudayaan di Gedung A Kemdikbud, pagi itu. Ada tiga poin yang sudah saya persiapkan dari rumah. Yang pertama, saya melaporkan hambatan MediaGuru menerbitkan buku, sekaligus bagaimana solusi yang bisa dilakukan Mas Menteri. "Pemerintah selama ini mendorong gerakan literasi. Tapi, saat ini, kebijakan pemerintah justru berpotensi menghambat gerakan literasi." Sengaja saya memberi jeda sejenak. Kalimat tidak saya lanjutkan. Karena saya ingin Mas Nadiem memberi perhatian serius. Dan sepertinya saya berhasil. Semua audien juga hening, menantikan apa kelanjutan yang saya sampaikan. Saat itu saya melaporkan perubahan kebijakan Perpusnas RI dalam penerbitan ISBN. Sebelumnya, penerbit bebas melakukan entry data pengajuan ISBN kapan saja. Melalui laman Perpusnas. Tapi terhitung per 1 November 2019, kebijakan itu berubah. Penerbit hanya boleh mendaftarkan ISBN secara online mulai pukul 7 pagi. Itu pun dibatasi maksimal 500 ISBN perhari. Kalau kuota terpenuhi? "Kuota hari ini habis. Harap ajukan kembali esok hari," tulis keterangan di laman Perpusnas. Alamak. Penerbit se-Indonesia Raya? Hanya dijatah 500 ISBN perhari? Hellooww...?? Itulah yang saya sampaikan kepada Mas Nadiem bahwa dengan policy baru ini pemerintah justru berpotensi menghambat gerakan literasi yang sedang berkembang. Mas Nadiem mendalami masalah ini dengan menanyakan, mengapa kok sekarang ada pembatasan itu? Saya berusaha menjelaskannya. Sampai kemudian, ini pertanyaan yang saya nanti-nantikan keluar juga dari lisan Mendikbud. "Oke, apa saran yang bisa saya ambil?" Di awal diskusi, Mas Nadiem memang menegaskan bahwa dia ingin bekerja cepat. Mencari solusi yang tepat. Jadi, audien diminta memberi masukan yang bisa diambil Mendikbud secara tepat dalam waktu yang cepat. Kesempatannya kini terbuka. Saya menjawab, "Mohon kembalikan kebijakan Perpusnas, seperti semula. Tidak ada pembatasan kuota ISBN". "Ada saran lebih konkrit?" Mendikbud bertanya. "Perpusnas jangan membatasi kuota ISBN. Jika masalahnya adalah keterbatasan SDM yang mengurusi ISBN, maka Perpusnas bisa menambah jumlah staf". Plong. Saya lega akhirnya bisa mengeluarkan uneg-uneg yang sudah jadi rasan-rasan penerbit se-Indonesia 10 hari terakhir. Nampak dalam foto, pada layar di belakang Mas Nadiem, apa yang saya sampaikan dicatat notulen Mendikbud pada poin 2 dan 3. MediaGuru sendiri termasuk gila-gilaan dalam urusan mendaftarkan ISBN. Wajar, karena jumlah penulisnya ribuan. Setiap bulan, kelas menulis diadakan di banyak tempat. Maka saya termasuk orang yang pening sepuluh keliling ketika disambati tim yang gagal mendaftarkan ISBN. Jika sebelumnya kami bisa memastikan, maksimal 5 hari kerja ISBN yang kami daftarkan sudah terbit, sekarang nggak jelas. Lha wong entry data saja ditolak, bagaimana ISBN bisa terbit? Agar Anda paham situasi kepanikan para penerbit saat itu, silakan lihat tampilan layar monitor laman Perpusnas tanggal 22 November 2019 yang saya tampilkan di sini.
Hari masih sangat pagi. Pukul 07:09:06 WIB, tapi kuota harian ISBN sudah habis. Itu artinya, sejak dibuka pukul 07.00 tet, jatah 500 ISBN telah habis nggak sampai hitungan 10 menit. Ngeri aja atau ngeri banget, Mas Bro? Logikanya, masa penerbit dibatasi nggak boleh nerbitin buku banyak-banyak? Dengan asumsi perhari hanya 500 judul, kalau ada 24 hari efektif kepotong akhir pekan, maka maksimal buku yang boleh terbit ber-ISBN se-Indonesia hanya 120.000 judul. Alhamdulillah, beberapa waktu kemudian Perpusnas memang mengubah kebijakannya. Jumlah kuota ISBN ditambah. Tapi ya gitu, cepat habis juga kuota harian (lihat gambar ketiga, jatah 2000 ISBN pun ludes tak bersisa).
Saat catatan ini dibuat, dengar-dwngar Perpusnas akan mengembalikan kebijakan lama yang kami anggap pas. Yaitu, penerbit bebas kapan saja mendaftarkan ISBN. Nanti diproses sesuai antrian. Alhamdulillah. Batik Air Medan - Jakarta, 15 Februari 2020 #TantanganGurusiana (hari ke-32) (BERSAMBUNG)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillaah... Aamiin
berjuang untuk kebaikan memang tidak pernah berakhir
Barakallah Komandan
Dahsyat....luar biasa
Alhamdulillah, smg benarbenar terwujud. Matur nuwun pak Ihsan atas perjuamgannya. Smg Allah SWT sll memberi kesehatan panjenengannya.
Alhamdulillah, perjuangan yang luar biasa, mksh pak CEO
Alhamdulillah...
Subhanallah. Ikut senang membaca berita baiknya. Pk Ihsan TOP.
Alhamdulillah, terimakasih pak...
Mantap. Kata pak Menteri Konkretnya ? Dan pak CEO menjawab dengan pasti.
Mantap. Kata pak Menteri Konkretnya ? Dan pak CEO menjawab dengan pasti.
Mantap. Kata pak Menteri Konkretnya ? Dan pak CEO menjawab dengan pasti.
Alhamdulillah, semoga perjuangan Bapak menjadi amal jariyah, Aamiin
Semoga segera terwujud ya Pak pengembalian kebijakan yang lama
Aamiin.. Semoga perjuangan bapak tsk sia sia. Hidup semangat literasi
Pantesan buku perdana umi kemaren lamaaaa bgt isbn nya
Sukses selalu Pak Ihsan
Alhamdulillah.
Alhamdulillah. Mantap dn perjuangan yg luar biasa, semoga menjadi amal ibadah dn pak Ihsan sehat sllu, amin.
Top markotop ndan
Barokalloh untuk perjuangan Tim MGI, semoga lelahnya menjadi Lillah
Semoga saja dikembalikan lagi k peraturan awal ya Mr.CEO, sehingga semua buku terbitan Mg tidak terkendala. ISBN nya.....thanks for your endless effort ,Mr!
Alhamdulillah. Merasa bersyukur kalau ISBN tidak dibatasi. Semoga benarbenar terwujud. Aamiin.
Perjuangan luar biasa Pak Ihsan semoga menjafi ladang pahala aamiinn....semoga sehat selalu...
Ingin sekali mengikuti kelas menulis yang diadakan Media Guru. Apa daya, kami di pelosok Sumatera terkendala akomodasi yang luar biasa merepotkan.
Mantap, Pak.Salut untuk komunitas MediaGuru Indonesia.Jossss!
Barakallah
Subhanalloh...luar biasa! semoga Allah beri kesehatan, hidayah dan keberkahan buat bapak dan keluarga, juga buat semua tim Media Guru
Makasih.
Bertambah salut saya untuk MediaGuru, pejuang pendamping guru penulis.
Alhamdillah. Perjuangan bapak semoga dicatat sebagai amal ibadah. Salam literasi
Memang sungguh luar biasa pak CEO, mdh2an usulan bpk terwujud, Barakallah
Alhamdulillah ... semoga perjuangan yang sangat keras betulbetul bisa membuahkan hasil seperti yang diharapkan karena saya termasuk penulis pemula yang menunggu ISBN buku perdana saya. InsyaAllah!
mantab..perjuangan pak CEO MGI
Alhamdulillah.Smg Isbn MGI berjalan lancar.. Aamiin
Perjuangan yang luar biasa. Mantap Kumendan.
Perjuangan yang luar biasa. Mantap Kumendan.
Maa Syaa Alloh perjuangan yang luar biasa semoga Pak CEO MGI selau diberi kemudahan dalam memperjuangkan Literasi
Alhamdulillah....mantap sarannya pak...smga semua impian tercapai
Semoga perjuangan pak Ceo memperoleh hasil yang maksimal, pak Ceo pantas dinobatkan jadi Bapak Literasi Indonesia.
jadi minder...Pak Ceo...Kira kira nanti buku saya bisa masuk gak ya....masih proses sich...belum jadi he he he
Founder dan CEO Media Guru ini benarbenar pecinta literasi. Salute for you.
Bagaimana dengan karya siswa Pak? Apakah ada biaya murah untuk siswa? Sy sendiri kewalahanencati biaya murah. Siswa mengelyatkan uang 40 50 ribu susah sekali mengumpulkan uangnya.
Top
Top
Top
Top
Top
Top
Top
Padahal penulis harys mebayar isbn 200 rb/eksemplar. Kalau sehari ribuan yang antre isbn. di perpusnas, sebulan berapa rupiah?
ISBN itu gratis. Tidak berbayar. Kewajibannya hanya setor buku setelah ISBN diterbitkan Perpusnas
Saya pernah menerbitkan buku ke penerbit dan dikenai biaya 200 rb untuk ISBN
Perjuangan yang tak kan terlupakan Pak Ceo. Semoga menjadi amal sholeh, Aamiin.
Alhamdulillaah...
Alhamdulillah. semoga perjuangan Bapak segera terwujud. Amin
Mediaguru dibawah asuhan Bapak adalah jawaban dari doa dan mimpi saya. Mudahmudahan saya bisa.